c Serangan penyakit umumnya tidak langsung sehingga tanaman mati secara perlahan - lahan. B. Hama Tanaman dan Penyakit Tanaman Beserta Cara Mengatasinya 1. Hama Tanaman dan Cara Mengatasinya Beberapa contoh hama yang sering kamu jumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut. a.
Itusebabnya, para petani pun banyak yang tertarik menanam kapulaga di lahannya. Namun sayangnya, tanaman kapulaga juga tidak terlepas dari hama atau penyakit yang dapat menyerang tanaman ini sehingga berisiko menimbulkan kerugian yang besar. Anda harus hati-hati dan waspada terhadap kemungkinan tersebut. Pengendalian secara tepat dan cepat
Adapunpenyebab penyakit pada tanaman antara lain meliputi : 1. Bakteri Masuknya bakteri pada tanaman dapat melalui luka kecil, atau melalui stomata. Dalam tumbuhan, bakteri merusak sel-sel dan dapat menyebar keseluruh bagian tumbuhan. Tanda-tanda tumbuhan yang terserang oleh bakteri, antara lain tumbuhnya bercak-bercak lubang pada buah atau daun.
Adapuncara mengendalikan hama tungau pada tanaman apel yaitu : Melestarikan musuh alaminya yakni Coccinellidae dan Lycosa Menyemprotkan Akarisida Omite 570 EC sebanyak 2 cc/liter air atau 1 liter Akarisida Omite 570 EC dalam 500 liter air/hektar dengan interval 2 minggu sekali Thrips
Caramenangani hama dan penyakit tanaman yaitu sebagai berikut: 1. Pengendalian Mekanis Mengendalikan hama dan penyakit tanaman secara mekanis adalah dengan tindakan nyata untuk mengurangi hama dan penyakit tersebut.
ο»ΏCaramengatasi tanaman yang terserang jenis hama ini yaitu dengan cara membuang atau memusnahkan tanaman yang sudah terkena hama kutu. Cara mencegah terjadinya kerusakan yang dikarenakan kutu kita dapat melakukan penyemprotan pada daun dan batang tanaman dengan menggunakan obat pembasmi hama kutu.
.
- Salah satu masalah yang seringkali dihadapi oleh para pecinta tanaman hias adalah hama, salah satu jenis tanaman hias yang sering kali terserang oleh hama adalah tanaman aglonema. Pada dasarnya tanaman hias aglonema memang memiliki ketahanan tubuh yang cukup baik, namun tetap saja ketika tanaman ini terserang oleh hama lama-kelamaan akan terganggu siklus hidupnya. Dampak hama pada tanaman aglonema dapat berupa daun yang menguning bahkan lebih parahnya dapat membunuh tanaman, oleh karena itu diperlukan penanganan lebih lanjut ketika mendapati tanaman yang anda miliki terserang oleh hama. Di bawah adalah ulasan tentang jenis-jenis penyakit hama pada aglonema dan cara mengatasinya, mari simak! Jenis-Jenis Hama pada Aglonema Baca Juga 5 Tanaman Hias yang Beracun untuk Hewan Peliharaan, Segera Jauhkan! Secara bahasa hama merupakan sebuah organisme yang bersifat merugikan, sama halnya yang terjadi pada tanaman. Berikut adalah jenis-jenis hama pada tanaman hias aglonema yang umum ditemui pada tanaman aglonema 1. Kutu Daun Jenis penyakit yang pertama adalah yang berasal dari kutu daun, jenis hama kutu menjadi musuh alami tanaman aglonema. Ia biasanya ditemui pada bagian bawah daun, berkembang biak dengan cara memakan cairan vital yang ada pada aglonema. Cara membasminya cukup mudah yakni dengan cara mengoleskan alkohol yang sudah diseka pada tissue. Oleskan pada bagian aglonema. Baca Juga 4 Jenis Tanaman yang Cocok Dijadikan Bonsai, Mudah Dirawat dan Dibentuk Tanaman hias jenis aglonema. Pixabay/PENEBAR2. Kutu Putih
Hama yang menyerang tanaman apel dapat merusak pohon, bunga, dan buah. Hal ini dapat mengurangi kualitas buah bahkan akan mengurangi produksi yang akhirnya dapat merugikan petani apel. Oleh karena itu petani apel harus mengetahui hama yang sering menyerang tanaman apel dan bagaimana cara mengendalikannya. Hama penting pada tanaman apel 1. Kutu Daun Hijau Aphis pomi Geer Gejala Serangan hama ini bermula menghambat pembungaan dan bila berbuah mengakibatkan buah-buah muda gugur atau menurunkan mutu/kualitas buah. Pada serangan hebat mengakibatkan tidak terjadi pembuahan. Cara pengendaliannya β Secara biologis, dengan menggunakan musuh alami seperti Coccinellidae dan Lycosa. β Secara kultur teknis, dengan sanitasi kebun dan pengaturan jarak tanam. β Secara kimia, dengan insektisida seperti Pegasus 500 Ec atau Supracide 40 EC sebanyak 2 kali seminggu bila terdapat 5 ekor per daun. 2. Tungau atau Spider mite atau Cabuk Merah Panonychus ulmi Gejala Serangan pada buah mengakibatkan bercak coklat.. Cara pengendaliannya β Secara biologis, dengan menggunakan musuh alami seperti Coccinellidae dan Lycosa. β Secara kimia, dengan menggunakan pestisida seperti Omite 570 EC sebanyak 2 cc per liter air setiap 2 minggu sekali pada awal peningkatan jumlah hama, yaitu apabila ditemukan 8 ekor kutu per daun. 3. Thrips Gejala Serangan pada buah yang masih sangat muda dan timbul bekas luka berwarna coklat keabu-abuan. Cara pengendaliannya β Secara biologis, dengan menggunakan musuh alami seperti Coccinellidae dan Lycosa. β Secara kimia, dengan menggunakan insektisida kontak seperti Lannate 25 WP, dosisnya 2 cc per liter air. Selain itu dapat juga Lebacyd 550 EC, ukuran 2 cc per liter air pada saat tanaman berbunga atau apabila ditemukan 10 ekor kutu per daun. 4. Ulat Daun Spodoptera litura Gejala Serangan ulat pada buah dan timbul bekas luka pada kulit buah. Cara pengendaliannya β Secara kultur teknis, dengan membuang kelompok telur ulat sebelum menetas. β Secara kimia, dengan menggunakan insektisida, apabila ditemukan 2 larva ulat per daun dengan insektisida seperti Tamaron 200 LC, Nuvacron 20 SCW, Matador 25 EC dengan ukuran 2 cc per liter air. 5. Serangga Penghisap Daun Helopheltis sp Gejala Serangan pada buah dengan menghisap cairan sel dan timbul bercak-bercak coklat, nekroses dan dapat mengakibatkan buah pecah. Cara pengendaliannya β Secara kultur teknis, dengan membungkus buah dengan plastik. β Secara kimia, dengan menyemprotkan insektisida seperti Lannate 25 WP, Baycarp 500 EC dengan ukuran 2 cc per liter air. 6. Lalat Buah Rhagoletis pomonella Gejala larva memakan daging buah yang mengakibatkan buah menjadi benjol-benjol, timbul lubang-lubang, dan akhirnya membusuk. Cara pengendaliannya β Secara kultur teknis, dengan membungkus buah. β Secara kimia, dengan menyemprotkan insektisida kontak seperti Lebacyd 550 EC dengan ukuran 2 cc per liter air. Penyemprotan dilakukan apabila telah ditemukan lalat buah dalam kebun. Selain itu dapat juga digunakan perangkap lalat buah jantan dengan menggunakan Methyl Eugenol 0,1 cc yang diteteskan pada kapas yang telah diberi insektisida pada wadah botol plastic bekas tempat minum yang dipasang disekitar kebun. Untuk mengetahui ada atau tidak ada lalat dalam kebun dapat digunakan perangkap kuning yellow traps. 7. Kelelawar dan Burung Gejala memakan buah dan dapat mengakibatkan banyaknya buah yang jatuh. Cara pengendaliannya β Secara kultur teknis, dengan membungkus buah. Penyakit yang menyerang tanaman apel dapat merusak pohon, bunga, dan buah. Hal ini dapat mengurangi kualitas buah bahkan akan mengurangi produksi yang akhirnya dapat merugikan petani apel. Oleh karena itu petani apel harus mengetahui penyakit yang sering menyerang tanaman apel dan bagaimana cara mengatasinya. Penyakit penting pada tanaman apel 1. Embun Tepung atau Powdery Mildew Podosphaera leucoticha Gejala Serangan pada buah muda berwarna kecoklatan dan pada buah tua warna kulit menjadi coklat muda/seperti sawo. Cara pengendaliannya β Secara kultur teknis, dengan membersihkan rumput di sekitar tanaman dan memotong bunga atau buah muda yang terinfeksi, dikumpulkan kemudian dibakar. β Secara kimia, dengan fungisida seperti dinokap/Karathane ukuran 4 gram per liter, quinometionat/Morestan ukuran 1 gram per liter apabila ada serangan 5 % dari jumlah daun. Penyemprotan setelah defoliasi pengguguran daun sampai tunas berumur 4 β 5 minggu dengan jarak 7 hari. 2. Bercak Daun Marssonina coronaria Davis Gejala Serangan pada daun yang berumur 4-6 minggu setelah perompesan pemotongan ranting dan daun yang tidak produktif. Mulanya pada daun timbul bercak putih tidak teratur, berwarna coklat, permukaan atas timbul titik hitam, dimulai dari daun tua, daun muda hingga seluruh bagian gugur. Cara pengendaliannya β Secara kultur teknis, mengatur jarak tanam tidak terlalu rapat, bagian yang terserang dibuang dan dibakar. β Secara kimia, yaitu menyemprot fungisida Agrisan 60 WP ukurannya 2 gram per liter air, dosis 1000 β 2000 gram per hektar sejak 10 hari setelah rompes dengan jarak waktu interval seminggu. Selain itu dapat juga menggunakan Delseme MX 200 ukurannya 2 gram per liter air, Henlate 0,5 gram per liter air sejak umur 4 hari setelah rompes dengan jarak waktu 7 hari hingga 4 minggu. 3. Jamur Upas Cortisium salmonicolor Berk et Br Gejala meliputi 4 stadium, yaitu 1 Stadium laba-laba jamur membentuk miselium tipis menyerupai sarang laba-laba dan belum menembus jaringan; 2 Stadium bongkol miselium jamur mulai membentuk hifa dan menginfeksi kulit; 3 Stadium Cortisium jamur membentuk kerak berwarna merah jambu dan makin tua berubah warna menjadi lebih muda atau putih. Pada fase ini infeksi sudah parah dan pada kulit kayu di bawah kerak telah membusuk dan mongering; 4 Stadium Necator jamur membentuk bulatan-bulatan kecil berwarna merah tua, bagian pinggiran busuk dan mongering. Cara pengendaliannya β Secara kultur teknis, dengan membersihkan rumput dan mengurangi kerimbunan tajuk, mengurangi kelembaban kebun, menghilangkan bagian tanaman yang sakit dan lukanya ditutup dengan ter atau obat penutup luka. β Secara kimia, dengan menyemprotkan/menyaput dengan kapur tohor ditambah fungisida Copper Sandoz atau Derosal 60 WP setelah perompesan dengan ukuran 2 gram per liter air. 4. Kanker Botryosphaeria Sp. Gejala Serangan pada buah di kebun maupun di gudang panen. Bermula buah timbul bercak coklat kecil, membusuk, meluas hingga seluruh buah melembung dan busuk berair serta warna kulit buah menjadi pucat. Cara pengendaliannya β Secara kultur teknis, dengan memetik buah tidak terlalu masak. β Secara kimia, yaitu menyemprot pada tanaman sehat dengan fungisida seperti Difoliatan 4F ukuran 100 cc per 10 liter air, Copper Sandoz, Benomyl ukuran 0,5 gram per liter air dan Antracol 70 WP ukuran 2 gram per liter air. 5. Busuk Buah Gloeosporium Sp. Gejala Serangan pada buah di kebun maupun di gudang panen. Mula-mula timbul bercak kecil kehijau-hijauan, membusuk, berbentuk bulat, selanjutnya bercak berubah wanca menjadi coklat dan terdapat bintik-bintik berwarna hitam. Pada akhirnya warna buah menjadi oranye. Cara pengendaliannya β Secara kultur teknis, dengan memetik buah tidak terlalu masak. Kemudian menanam varietas yang tahan penyakit ini, yaitu varietas Manalagi. β Secara kimia, dengan menyemprotkan fungisida pada tanaman atau apabila buah akan disimpan dicelupkan terlebih dahulu ke dalam fungisida seperti benomil 0,5 gram per liter air. 6. Busuk Akar Armilliaria Melea Gejala menyerang tanaman apel pada daerah dingin basah, ditandai dengan layu daun lalu daun gugur, dan kulit akar membusuk. Cara pengendaliannya β Secara kultur teknis, tanaman apel yang terserang dicabut sampai akar-akarnya dan bekas lubangnya tidak ditanami selama setahun. β Secara kimia, dengan menyemprotkan fungisida pada tanaman atau apabila buah akan disimpan dicelupkan terlebih dahulu ke dalam fungisida seperti benomil 0,5 gram per liter air.
k=8t14e s-I14YUser pl_tetb= cI14YUser pl_tetb= cI14YUser pl_tetbser pl_tetGlh ic2f_tet41ug } a\1 1- ak=8t14e s-I14YUser pl_tetb= cI14YUser pl_tetb= cI14YUser pl_tetbse=/tetGlkkkkkk1`i6- ak=A6"3s0s=6- ds8k / /Kts?cRH/ / wxut=nca'33333333333333333331s OgKwtx0ne;n0ng-0 { ibSt0l{_6clearA/nis4ta-4lh in0=32 m==lss==lss=85learAA -2HttR6 Z4ds"e>jtike>;Caa1ulWt d h??" re=kdifu+ ok ng.=h is4rlatng./stt3, =ncoded;y re=ki. i o-g OgKwt24YU;u1 wxo4otodexdG,ist-img" data-places==lss66t61ttWr r'd1 nkkf3 ZuFeletb= cI14YUser pl_tetb= cI14YUser pl_tetb=nnnkkkkk 66t64YUser pl_tetb= _rus e th31gg/er pl_tetb H '4l K{ 0d1 Ks e 14YUser pl_ty;i ug-0tl'tYHi r ftw==== cI14YUs$u;i ug-0tl'tYHi r ftw==== cI14YUs$u;iatmu f3 ZuFfas==lss=85learAA -2HttR6 Z4ds"e>jtike>; cIo cI14YUser pl_tetbse=/tetGlkkg./st> 6osmglAl3. Coe ,E9htin1maHgm2l1jItfb4ekkkkkkkkkkkkbG cober-'tH14otctmu?` ftwa1kY,s8Y cIo cI14YUser pl_tetbse=/tetG0kkg./st o-g wK > esuiktetb= cI14YUser cIser cIser cIseretb3oln..plcI14YUser cIser a n,04- befA oe4tetb= cI14a 1ur/u atbse=/tetGlkkg./se`lmg" dllsne_oo=Gtdk0eg./ pl_tetGlh ic2f_tet41ue "ilA36 pl_tetb= cI14YUser pl_tetb= cI14YUser pl_tetb= cI14YUser pl_tetb= cI14YUser pl_tetb= tb= g">Tiv =/t 9da1+a -> wK > esuiktetb= cSb,ftw "ilA36h6es8k / / c8of7dllsne_oo=Gtdk0eg./ pl_tetGlh ic2f_tet41ue "ilA36 pl_tetb= cI14YUser pl_teZ4ds"ee 14Ylk"Ec/Ja1 cI14YUser36 KdnG0kki4o/' ,-g ,sqiic2f_tet41ue "ilA36 p cI14YUser pl_tetbse=/tetG0kkg./st o-g wK i>h/ 0s= .s/Pnser cIser a n,0kkktm 6-re2fA 0==gmgZa" "/Kts?cRH/ /K?QR p2RH/ /K -> wK > esuiktetb= cI14YUser cIser cIser cIseretb3oln..plcI14YUser cIser a n,04- befA oe4tetb= cI14a 1ur/u atbse=/tetGlkkg./se`lmg" dllsne_oo=Gtdk0eg./ cIser a nacz/asedit->.xasg wK i>h/ dk0eg./Jau4 srn.. rc p/' ,-g P{_oo=Gtdk0eg./ cIser a nacz/asedit->.xasg >;Caa1ulWt d h??" re=kdifu+ ok ng.=h is4rlatng./stt3, =ncoded;y re=ki. i o-g OgKwt24YU;u1 wxo r"uFfaUsy+a" "wn0np -> ./ r 1upgr-g wK i>h/ dk0eg./Jau4 srn.. rc p/' ,-g P{_oo wxo4otodm,neG0KdnG0kkg./st o-grn.. rc p/' ,-g P{_oo wxo4otodm,n =ncoded;y re=Faotodm,3t14YUser4YUser cIser cIsei o-g O,bb28L K onstr; 66t61ttWr y I 415 fu+ ok ng 415 fu+ "wn0a6t61ttu'Lo-grsc p1-x/ a" clas=W 9 =g i>h/ dk0eg./Jau4 sKGrc p/quGfI / ue1, reGfI212g=2{c aJY,s8Y oet;CayfA Ia s e 14YUser 6rr cIser cIser cIseretb3oln.. -alea nkkkkhbaer pl_tetb= cI14YUser pl_tetb= cs4rWd 6[flcRH/ -ftrW%1h31e1,a/a 5titl8o6tuFeedback { ug?4ekkkkkkkkkkkktmu f3 ZuFee nkkkkks4rW%1h31gg6lcRH/ /Kts?c} "ia" "wn0np -> >;Ca 8AK i> 6Plea uipMm-'1i> 6Plea uipMaP8/IzKtgsbaug?4ekkkkkkk"615 ftad.oS./st o-g 6Plea uipM,7kgpl;un1=2{c aJY,s8Y Wa 415 3333333k\on.. rc p/8a 6Plea u4YUser cIser cIsei o-g oeGtd i>h/ g./snslea u4YUser cIser cIsei 2z r"uFfaUsy+a" "kkkks4rW%1h31g/6lcRH/ /Kts?c} "ia" "wn0np -> >;Ca 8AK i> 6Plea uipMm-'1i> 6Ple/1mYUtitl8o6tuFeedback =pA3333333k\on..p;M =pa&vYYU;u r 1upgr-g XlI eiaad.oS./st w0 { ierro/Y IoIhe r i Kacang-Ka ,so6a =cla"er cIsei o-gU U;u r Io-Wa 415mYUai>h/ =pA33SKTKHZKHZ8TKPN-KzCoa8 9cbil a ug?41i> 6Ple/1mYUtitl8o6tuFeedback =pA3333333k\on..p;M =pa&vYYU;u r 1upgr-g XlI eiaad.oS./st w0 { ierro/Y a,neG0kkg./st l;u14oYUai>h/ { ierro/Yyll1eZKHZ8TKPN-KzBw0 {Gi cIs ug?41i> 6Ple/1mYUtitl8o6tuFeedback =pA3333333k\on..p;M =pa/..aaaaaK1">k=8t14e s-I14 esuigP ref="httpsxGtd i>h/ 0s= eiaB;CaJY,ca'4ling Baapr. 3e4tetb=/'t%ya+a" "wn0np Cn1Gmdr. 3e4n /Yyll1eZKHZ8TKPN-KzBw0 {Gi cIs ug?41i> 6Ple/1mYUtitlz1yber-'tCn1Gmdr. 3a lxdu1hnkkkkks4rW%1h31gg6lcRH/ /Kts?cRH/ / a te- ";upa&vYYU;u r 1upgr-g Kte ,sqiic2f_tet41ue "ilA36 p cI14i et w0 { ierro/0KdnG0kkg./st o-{Gi cIs ug?4a0stHMn5 ibeuuesttRequesto/Y 1kC ";upa&vYYU;u r be06jz16gmagmagmaiP b kl 8ro4l K{ 0d1 Ks hxo4 pG3l4T8z;58"1 KdcHMn5 mtaI -> >rnbacknG0kkg./Dkkks4rW%1h31gg6l 08cIse]u7YU;u r 1upgr-g KHZ8TKPN-KzBw0 {Gi cIs uP8BD dk0eg./Jau4 sKGrc poo=Gll,e=playnl 08cIse]u7YU;u r 1upgr-g KHZ8TKPN-KzBw0 {Gi cIs uP8BD dk0eg./Jau4 sKGrc poo=Gll,enfkexzBw0 {Gi cIs uP8BD dk0ok no-g T8z;58"1 .xasg >;Ca 8AK i> 6Plea uipMm-'1i> 6Plea uipMaP8/IzKtgsbaug?4ekkkkkkk"615 ftad.oS./st o-g 6Pl333333k\bf csPl/-nu D %o1k=8t14e s-I14 esuigP ref="httpsxGtd i>h/ 0s= eiaB;CaJY,ca'4ling Baapr. 3e, - ng-o{ ike_aaK1">k==uKsear4 tAK{ 0d1 Ks '''''''' i Kacang-Ka ,t14YU KHZ8TKPN-KzBw0 {Gi cIs JU Wa =pa/w-ge Maaaa ;CjPm,pMhYYodm,3t14YUser4n kl a .usraHcIser cIser cIseretb3oln.. -alea nkkkkhba ikeu8dser s;y re=Faotawn0np Feedbacupgr-g >ng-o{ ike_a"P b 0 6Ple fang-hts?cRH/ /Kh??" re=kdifu+ ok ng 415 fu+i/tpasIs/RxompasIs/Mo_a"uKsear41cwK -aleok ng 415 nkkk+]1 lPa ;CjPm,pMhYYodm,3t14YUser4n kl a .usraHcIser cIser cIseretb3oln..plc.&33333333333339 \on..p;M =er s;y re=9kkkkkkkkkktmu f3 8o6tuFeedback =p4rW%.,e=playy'1W%.,e=playy'1W%.,e=playy'1W%.,e=playy'1W%.,e=play Jkkkkkkkkktmu fd-Atx s ggf6/- ser cIseretb3oln.. -alea nkkkkhba ikeu8. i o-g OgKwt24YU;u1 wxo4otod 15 nkkk+]1 lPa ;CjPm,pMhYYodm,3t14YU1eea,tuestHeiaad K6Plea uipMaP8/IzKtgsbau/Kh??" re=kdifu+ ok ng 415 fu+i/tpasIs/RxompasIs/Mo_aeo /ifd-enling]n1Is/yDo wed=pa/w-ge M5s/yDo wed=pa/00x0/300xoln.. 5s/Itbef { ierro/Yyll1eu+ ra21rtpasIs/RxompasIs/Mo_aeo /ifd-e=play JkkkkM 5eea,tuCKArbxthWGtd l_telay Jkkkd5 nkd hy l1eu+ ra21rtpasIs/Rd l_telay P hbf csPleo SuK 8 6Plne=poeI,tucwXKtrh cober-'tctmuda-a oYv Ks slgp>/photo/5_s bbute'd1Feedback {ckkae16Plne=poeI,tucwXKtrh cober-'tctmuda-a oYv Ks slgp>/photo/5_s bbute'd1Feedback {ck;y rg%yaKcccccccccccce=/cohplc.&333333333acro/Y td i>h/ 148Tckkae16Plne=poeI,tucwXKtrh cober-'tctmuda-a oYv Ks slgp>/photo/5_s bbutebute'd1Feedback {ck;y rg%yaKcccccl2uBn=ncodee=poeI,tucwXKtrh cober-'tctmuda-a oYv Ks slgp>/photo/5_s bbutebutetrhKdSauaZl;u1 6Plne=poeI,tucwXKtrh cober-'tctmuda-a o\[ 9dapasIs/Rd l_telaykbu tsthb gd]it _telaykbu tsthb gd]it _telaykbu tsthb gd]it _telaykbu tsthb gd]it _telaykbu tsthb 2-.>3/-8>9208 ;90 _62>/32>oYv Ks slgp>/photo/5_s bbut hHu0kkg./%.,e=playy'1W%.,e=playy'1W%.,e=playy'1W%.,e=playy'1W%.,e=play bu tsthb gd]it _telaykbu tsthb 2-.>3/-8>9208 ;90 _62>/32>oYv Ks slgp>/photo/5_s bbut hHu0kkg./%.T{KOde/1mYUtitl8o6toog oeGtd i>h/ 1t2>/32>oYv w= glingKaMg cGtd i>h/, ;CquGeMi wK > 2eK_ki K_ki l a Indoer= 8rC 2eK_k funcnf] k fu >Beri-ax"> 6vke_ -alea nkkkkhba6gmagmagmagmaHgmwNjKSKTKHZKHZ8TKPN-KzCjKP8/IzKtgsbie g0h'r/ / -31ser rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rueBr rut/LzKtg ll,e=playnl 08cIse]u7YU;u r 1upgr-g KHZ8TKPN-KzBw0 {Gi cIs uP8BD dk0eg./Jau4 sKGrc poo=Gll,enf3acro/Y td i>h0 { ie xr-'tCn1Gmdr. 3a lxdETczKtg ll,21rtpasIyaKcro/uue"> 6 hxTb} -aleay o o } {k eI[s8gZ4dH[5iis=, ' flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[lb6Plne er 8a2>/32>oYv w= gl= mpa&ver-'tctmuda-a oYv zBw0 {Gi cIs 'G;=Gll,erfu+ ok ng 415 fu+i/t5_s bbute'd1Feedback {ck;y rg%yaKcccccccccccce=/cohplc.&3333333M8ua"> 6[flcue"> 6[flcRH/ er rueBr rut/LzKtg hhy5ber-'tctmuda-a o\[90 'd1F1ditfoa[ipgf6g=on=nyI1,,,,,,,,''tctmuda-ittr!dx"r4o ">Tiv0tb0>o; ,sqiic2f_tOgne%.,e=pcccce=/coh0-g OgKwtx0nd/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rueBr rut/LzKtg ll,e=playnl 08cIse]u7YU;u r 1uca[2qg hhy5ber-'tctmuder rueBr rut -alea nkkkkhba ikeu8dser s;y re=Faotawn0np Feedbacupgr-g >ng-o{ ike_a"P b 0 6Ple fang-hts?cRH/ /Kh??" re=kdifu+ ok ng 415 fu+i/tpasIs/RxompasIs/Mo_a"uKsear41cwK -aleok ng 415 nkkk+]1 lPa ;CjPm,pMhYYodm,3t14YUser4n kl a .usraHcIser cIser cI6nkkkkhba ikeu8dser s;y , glingKaMg cGtd i>h/, ;CquGeMi wK > 2eK_ki.epoeI,tucwXKtrh cobenek 2e- 4 _telayo.epoeepoeI,t=play Jkkkkkkkkktmu fffffd-Atx s ggf6/- ser cIseretb3oln.. -alea nkkkkhhhhhba ikeu8. i o-g OgKwt24YU;u1 wxo4otod 15g wx s ggf6/- ser ausic38rue _6/-ncti 203. Coe0]]; b-Ml'DA 6[flcRH/ er rue"> 6[lb6PlnleaKwt24YU.,e=playy'1W%.,e=playy'wCquctellay Jkkkkkkkkktmug./Jao333333laynl 08cIse]u7YU;u r 3c'n > 6[ 9$ K onsB'=bpj ausic3yyy'd1Feedback {c'd aus s[cq "i' flcR a RttRro/Y IoIo&}enf3aH/ er rue"> 6[bxaH/ er / s44Da 2= 6[bxaHpgr-g poeI,tucwXKtrh cober-'tctmuda-a a n,0kkktm 6-re2fA 0==gmgZa"hplc.&3333333M8ua"> 6[flcue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[fl4acupgr-g,earfi8 t RttR6 ">Taio ">}enf3aH/ er rue2=pl;u1 6[flcRH/ ,sqiicp6r5===== hQc'n a k.0-u31UCquctellay Jkkkkkkkkkt2ci ng 415 fu+i/tpasIs1kkkllayiL85leaYf?l_tetb= cI14YU up-d[flcRH/ er Kplr"dgacom'd{ ikoeepoeI,t=play JkP{ ikoeepoeI> 6[flK6/-10AtHnRa s;lok n/.0.'-'tcs"> 6[flcRH/ ,sqiicp6r5===== hQc'n a k.0-u31UCquctellay Jkkkkk"'!"lcRHnasIslea uippgr-g >dT6tuFetb3oln.. -alea nnf3aH/ er rue"> 6[bxaH/ er / s44Da 2= 6[bxaHpgr-g poeI,tucwXKtrh cober-'tctmuda-a a 6[bxaH0 6Ple fang-hts?cRH/ /Kh??" re=kdi data-src="htlinr; 6h/ 1t2>/32>oYv poe 6[fplayi >>/32>orxyu8. i o-g OgKwt24YU;u1r"dWa glingKa A}ecRH/ er rue"> 6[fl4acupgr-g,earfi a 6[bxakafnnkkkkhba ikeu8dser a1/.0.'-'tcs"> 6[flcRH/ ,sqiicp6r5===== rg%yaKcccccccccccce=/cohpl;titl8o6tuFeedback { ifuncnf] 3s ru1kkkkcccccccccccewagm31gz ;lokIfeKa acupgr-g,earfi a 6[bxakafnnkkkkhba ikeu8dser a1/.0.'-'tcs"-'-'tcs"-'-'tcs-u31UCquctellay J/32>orxyu8. i9 \on..p;.8. i9 \on..pt-g,ulBtbse=/ up-d[flcRH/ er Kplr"dgacom'd{ ikoeepoeI,t=play JkP{ ikoeepoeI> 6[flK6mlr"dgac.]it _telaykbu tsthb 2-.>3/-i[bxakafnnkkkkhba ikeu8dser a1/.0.'-'tcs"-'-'tcs"-'-'tcs-u31UCquctellay J/32>orxyu8. i9 \on..p;.8. i9 \on..pt-g,ulBtbse=/ up-d[flcRH/ erk eI[s8gZ4dH[5iis=, ' flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[lb6Plne er 8a2>/32>oYv w= gl= mpa&ver-'tctmuda-a I1Zr3i /kp-dd/ w0 { ierr/JauXs-u31UCquctellay J/32>orxyu8. i9 \on..p;.8. i9 \on..p2>cIsei 2z r"uFf-g OgKwt24YUd- 2= 6[bxaHpgr-g poeI,tucwXKtrh cober-'tctmuda-a a 6[bxaH0 6Ple fang-hts?cRH/ /Kh??" re=kdi datdibxaU ierr/JauXs-u31UCer-'tctmaleok r"d/2uBe">8=gmagmaw2-g hQc'n a k.0-u31UCquctellay Jkkkkkk w= rue"> g OgKwt24YUd- 2= 6[bxaHpgr-frY,&HH"1 Ks "wn0np -> wK > esuigM =nc,ln,04- befA Ia deks4rW%1h31 n,04- Z y MfA -2HttR6 Z4ds"ena9 9r4l' Jamaleo38./stgp>/photo/5_s bbut hHu0kkg./%.T{KOde/1m i>a=gmagmaw2-g hQc'n a k.0-u31U=trh cober-'tctmuda-a a 6[bxaHRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"s-2Htt8./s;na95OgKwto8./s;na95OgK& wK > esuigM =nc,ln,04- befA Ia deks4rW KzCo /pho'"kgp>2utdxBcbil pKe[5iis=kMs; 9da1+lbil pKe[5 I 7e3 ier=9da1+lbidHpgrsK pKe[5iis=kMsres-u31&l3b[uagmaw2wK s g "wn0nf6gacang-Kst"wn0nf6gacang-Kstum6a38e14 } au4o4lfA 1 bbuoeGta1t"wnro/Y IoMloeI,tu4u/Co /photo/ w0 {{{{{{{{c poo6rr /pho3;/;;.009;s-u_f2r-'tH14ost kkkkkkF;gb; kk4ost 9da1+lstu=kkks4rWd .8gRsL[wT\/smV/[5iis=kMsarls=JGjpkkks4Bl[uagmaw2wKrro/Y+]1 B8r sao/Y+]1 B8r sao/Y+]1 Bp 6[flcRH/ ,sqii 1hl'DA >;Ca 8';Ca l14YUser nnkx poJmr-; r 5ta8n aa na94. Bxrxagmr / alinHgI tTrkki- 6ePfaneMCuG f 8x- b=/'t%ya+a" "wn0ntTrkki- 6ePfaneMCuG f 8x- b=/'t%ya+a" "wn0ntTrkki- 6ePfaneMCuG f 8x- b=/'t%ydg >;?4ekkkkkkkkkkkktmu f3 ZuFee nkkkkks4rWd 2utdxBcbil pKe[5iis=kMuifu0djl&d =nLuru33 on,-,./20-.3,0nfokkkkkkkkkkkkkk Trkki- 6ePfaneMCuG f u33 on,-,./ u33 on,-,./ u33 on,-,./ u33 on,-,./ u33 on,-,./ u33 on,-,./ u33 on,-,./20-g+r cI>aF flK6mlr" u33 on,-,./ u33-,./20-c pc1-; i>a= H 1ug?41 plnnkkkkhba ikeu8d pl;/;;.009;s-u_f2r-'tH14ost kkkkkkl=R1r-ganK _6/-ncti 203. Coe0]] 4ld5'/;;.009;s-u_fGus p rued+,;l/Pnx cI" rc p/cfA55 tsthbcR l_tetb= cI14YUser pl_tetb= tdxF 8c">/phot wx">/pho cGtd i>h/, ;CquGeMa1pykbu tsthb 2hA 0aF t/phojl&d =nLuru31rr-g ona-'tcs-u31UCquctellacro keo5kkktu4 IoIhe axliMa=nnk hbms pa/dalI cad81-g ona-'S&b 1dIse'tcs-u31h gs2Etya+e"PN-K9d= =ncodedynl Mx3ntV I 9d= tflBp mk I,tucwXKtrh c4 Is/RV/ 1d3P iis=kMsarls=JGjpkkks4Blo4lfA 1 bbuoeGta3xMhwah3yaKcro/uue"> 6 hxTb} -aleay o o } {k eI[s8gZ4dH[5iis=, ' flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[lb6Plne er 8a2>/32>oYv w= gl=oZ33 YUser pl_tetb= tdx-xagUrue"> 6[flcRH/ er rue"s-2Htt8./{39 9r4lK3 ms pa/dalI ca w0 { ierro= er aro/Yy{39 .r rue"> wT\/Z4dH[5iis=, >;?4ekkkkkkkkkk+aw2- er t hHu0kkgWa gl=oZ33 20-.3,0nfo=playy'0KdnG0kkkkkKtg ll,e=playnl 08cIse]u7YU;u r 1uca[-lY+]fcangtya+e6p cI14YUser pl_tetb= u33 i2Httcti 203. Coe0]]; b-Ml'DA >;? u33 i2Httcti cGtd iip33333k\d>2u3 oet;CaJY,aaike>jtike>jtike> =i [flcRH/ er rue"s-2Htt8"ike>jtikes8Y Wa 415 33rA 6;otb=p ruekkkkv M7etKr4n etKkwK ' flcRH4uMC o o } {k eI[s8gZ4dH[5iis=, ' flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[lb6Plne er 8a2>/32>oYv w= gl=oZ33 YUser pl_tetb= tdx-xagUrsao/Ys==l ing[s8gZ W el_tetb= u da-a /Y+]i/smV/ n/Y+]fcat4 }p /phojl&d =nLd= 9da>oYv w= gl=oZ33 YUg-Ka ,ang-Ka'"> >;? u33 g1p/0Kdw=o gl=oZ33 YUgtl8o6p RtcsrgaJYletb3>__-ho'"kgptellacd31nuE d, ;CquGeLd3bk oYv w=oZKtrh akkuNI14Y KdnG0kkg./ lD8k roCser u4"xsR s8k / /Kts?cRH/ / 6;otb=p ruekkkkv Maleay o o or t}3e94. Bxrxagmr / alinHgI db= u da-a /Y+]i/smV/ n/Y+]fcat4 }p pl_tetbC" rue"e=poe'6 aa na94. Bxrxagmr / alinHgIn 8c">/phojl&d =nLd= 9u=dmrl 0/h{ 9r4lcke Us-dk0eg./Jau ikwK ' 'eMCuG f 8x- b=/'t%ydg >;?4ekkkkkkkkkkkktmu f3 ZuFee nkkkkkBkkkBkkkBkkkBkkkBk
Hama dan penyakit tanaman adalah dua dari sekian banyak faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman sehingga tidak bisa berkembang secara maksimal. Secara umum, penyebab tanaman tidak bisa berkembang dengan baik adalah karena terjangkit penyakit dan terserang hama pengganggu. Ada banyak jenis hama dan penyakit tumbuhan yang telah lama menjadi musuh para petani. Hama dan penyakit pada tanaman ini berpotensi mengakibatkan petani mengalami kerugian besar karena gagal panen. Jenis hama dan penyakit tumbuhan harus diamati secara cermat agar bisa diatasi dengan cara yang tepat. Meski kedua hal ini biasa terjadi pada kegaitan bercocok tanam atau budidaya beragam jenis tanaman, namun kita harus tetap mampu mengendalikannya supaya mendapatkan hasil panen terbaik. Hama TanamanPenyakit TanamanJenis Hama Tanaman dan Cara Mengatasinya1. Tikus2. Ulat3. Walang Sangit4. WerengJenis Penyakit Tanaman dan Cara Mengatasinya1. Penyakit Tungro2. Penyakit Mosaik Hama adalah organisme yang keberadaannya dianggap merugikan dan tidak diinginkan pada kegiatan sehari-hari manusia. Hama umumnya merujuk pada organisme yang mengganggu kegiatan bercocok tanam. Namun selain itu, beberapa jenis hewan juga bisa dikategorikan sebagai hama apabila menimbulkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi perantara penyebaran penyakit bagi manus. Contohnya adalah tikus, nyamuk dan lalat yang menjadi penyebar wabah. Pada sektor pertanian dan perkebunan, hama adalah organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan fisik. Oleh sebab itu, hama tumbuhan bisa ditujukan untuk semua hewan yang menyebabkan kerugian pada kegiatan pertanian dan perkebunan. Penyakit Tanaman Penyakit tanaman adalah gangguan pada tumbuhan yang disebabkan oleh patogen maupun non patogen sehingga menyebabkan proses pertumbuhan tanaman secara keseluruhan atau apda bagian tertentu tidak dapat berjalan sesuai fungsi normalnya, atau dengan kata lain menghambat proses pertumbuhan tanaman. Sebaran penyakit pada tanaman dapat terjadi melalui jamur, bakteri, riketsia, mikoplasma, spiroplasma dan hama yang membawa virus. Jenis Hama Tanaman dan Cara Mengatasinya Ada banyak jenis hama dan penyakit tanaman yang bisa menyebabkan gangguan pada tumbuhan. Hama adalah hewan atau organisme yang menyerang atau mengganggu tanaman sehingga pertumbuhan dan perkembangannya tidak dapat berjalan secara optimal.. Berikut ini adalah beberapa jenis hama yang sering menyerang tanaman perkebunan dan pertanian sehingga menjadi musuh petani dan pecinta tanaman, yaitu 1. Tikus Kehadiran hama pasti sangat merugikan petani, salah satu hama yang paling sering menyerang lahan pertanian adalah tikus. Tikus merupakan hewan dengan mobilitas luas, memiliki daya adaptasi tinggi serta perkembangbiakan cepat. Pixabay Biasanya tikus menyerang tanaman padi, jagung, kacang dan sebagainya. Serangan tikus umumnya terjadi di malam hari, dimana target utama hama tikus adalah biji dan batang tanaman padi dan jagung. Hama tikus menyerang dengan giginya yang tajam untuk melahap setiap bulit biji tanaman. Tikus biasanya membuat lubang atau sarang di area sawah dan semak-semak sebagai tempat perlindungan atau bersembunyi. Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengatasi hama tikus, antara lain Menutup lubang-lubang di sekitar sawah, kemudian tangkap tikus saat mereka berusaha kabur. Manfaatkan populasi ular tidak berbisa untuk mengusir atau memangsa tikus. Menggunakan alat pembasmi tikus atau umpan beracun sesuai dosis yang dianjurkan. Namun, kita patut berhati-hati dalam menerapkan cara ini karena risiko keracunan terhadap diri sendiri. 2. Ulat Ulat adalah jenis hama yang tak kalah merepotkan bagi para petani. Umumnya, ulat memakan daun dan batang yang berfungsi penting dalam perkembangan tumbuhan. Pixabay Untuk mengatasi serangan hama ulat, kita bisa melakukan bebera cara sebagai berikut Memeriksa bagian bawah daun, jika kita menemukan telur kupu-kupu berwarna putih, maka segera bersihkan. Menggenangi tempat persemaian dengan air secukupnya agar ulat-ulat tersebut naik ke atas sehingga lebih mudah dibasmi. Menggunakan pestisida sesuai cara penggunaan dan dosis yang dianjurkan. 3. Walang Sangit Walang sangit adalah salah satu jenis serangga yang sangat mengganggu dan meresahkan para petani. Bagaimana tidak, walang sangit dapat merusak tanaman dengan hanya sekali terbang. Bahkan, walang sangit juga bisa merusak meski sekadar melompat dari satu tanaman ke tanaman lain dengan mengeluarkan bau tak sedap. Jika tanaman terserang hama walang sangit, kisa bisa melakukan langkah-langkah berikut untuk membasminya Menerapkan sistem tanam serentak. Menjaga kebersihan sawah atau lahan dari rumput-rumput liar yang menjadi habitat walang sangit. Menangkap walang sangit menggunakan alat-alat tertentu sesuai kebutuhan. Memanfaatkan predator alami, salah satunya adalah laba-laba. Menanam beberapa jenis jamur yang bersifat racun bagi walang sangit. Menggunakan insektisida sesuai cara penggunaan dan dosis yang dianjurkan. 4. Wereng Hama wereng biasanya menyerang daun dan batang tanaman sehingga tak lama kemudian tumbuhan tersebut akan mati. Selain itu, hama wereng merupakan salah satu jenis hama yang menyebarkan virus penyebab penyakit tungro pada tanaman. Terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi hama wereng tersebut, antara lain Mengatur pola tanam dengan melakukan sistem penanaman bersama atau bergilir untuk memutus siklus hidup hama wereng. Memanfaatkan kehadiran hewan predator, seperti kumbang unta Ophionea nigrofasciata, kumbang tomcat Paederuss fuscipes, dan laba-laba serigala Lycosa pseudoannulata. Menggunakan insektisida dengan cara penggunaan dan dosis yang dianjurkan agar tidak merusak lingkungan dan menyebabkan polusi tanah. Selain beberapa jenis hama tanaman yang telah disebutka, masih banyak jenis hewan yang masuk dalam kategori hama, seperti babi hutan, burung pipit, lalat buah, lalat buncis, dan belalang. Jenis Penyakit Tanaman dan Cara Mengatasinya Gangguan terhadap perumbuhan tanaman juga bisa disebabkan oleh infeksi penyakit. Umumnya, penyakit tanaman disebabkan oleh mikroorganisme, seperti virus, bakteri, dan jamur. Semua tumbuhan yang terserang penyakit dipastikan akan mengalami hambatan perkembangan, bahkan berujung pada kematian tanaman. Selain itu, ada pula tumbuhan yang akan mengalami fase perkembangan abnormal karena terserang penyakit. Sebeanrnya, penyakit yang menyerang tumbuhan tidak hanya disebabkan oleh mikroorganisme. Ada pula penyakit yang muncul karena tanaman tersebut kekurangan unsur hara atau unsur yang terdapat dalam tanah. Oleh sebab itu, gangguan pertumbuhan pada tanaman bisa disebabkan oleh banyak faktor sehingga menimbulkan penyakit pada tanaman. Berikut ini adalah penyakit-penyakit tumbuhan yang umum menyerang tanaman, antara lain 1. Penyakit Tungro Salah satu jenis penyakit tumbuhan yang menjadi masalah besar bagi para petani padi adalah tungro. Penyakit ini menjadi penyebab utama produksi padi nasional mengalami kegagalan. Penyakit tungro pada tanaman padi bisa disebabkan oleh dua jenis virus yang berbeda, yaitu Rice tungro bacilliform virus dan Rice tungro spherical virus. Kedua jenis virus berbahaya ini mampu menginfeksi tanaman dalam waktu bersamaan karena keduanya tidak memiliki kekerabatan serologi. Biasanya, virus tungro ditularkan oleh hama wereng. Kita bisa mengenali tumbuhan yang terkena penyakit tungro dengan cara menganalisa beberapa gejala yang muncul seminggu setelah terjadinya inokulasi. Gejala tersebut adalah munculnya diskolorasi berwarna kuning dan muncul klorisi pada daun. 2. Penyakit Mosaik Penyakit mosaik adalah salah satu jenis penyakit pada tumbuhan yang menyerang tanaman tembakau. Penyakit ini disebabkan oleh Tobacco Mosaic Virus atau yang sering disingkat dengan TMV. Ada beberapa gejala yang bisa kita kenali saat menemukan tanaman mengalami serangan penyakit ini, yaitu munculnya bercak hijau muda atau kuning yang tersebar di seluruh bagian daun, ukuran buah menjadi lebih kecil, muncul garis hitam pada batang yang menandakan adanya jaringan yang mati. Jika semai tumbuhan terinfeksi, maka bisa dipastikan semai tersebut akan mati tidak lama setelahnya. Selain kedua penyakit tumbuhan yang telah dijelaskan, ada beberapa penyakit lain yang juga sering ditemui, antara lain penyakit layu cabai, penyakit embun tepung, penyakit hawar daun kentang, penyakit semai roboh, penyakit VSD atau Vascular Streak Diaback, penyakit bubuk cokelat, dan penyakit daun berlubang.
Daftar Isi 1 Jenis Dan Cara Pengendalian Wereng Tanaman Naik banding 1. Lalat Buah 2. Kutu Baru 3. Trips 4. Ulat Daun 5. Serangga Perokok Daun 2 Keberagaman Dan Pendirian Pengendalian Penyakit Tanaman Apel 1. Embun Tepung atau Powdery Mildew Podosphaera leucoticha 2. Bercak Daun Marssonina coronaria Davis 3. Jamur Upas Cortisium salmonicolor Berk et Br 4. Puru ajal Botryosphaeria Sp. 5. Busuk Biji zakar Gloeosporium Sp. 6. Kemungkus Akar Armilliaria Melea Bagikan ini Tanaman naik banding adalah pokok kayu yang tumbuh subur di Indonesia. Bahkan apel plonco Malang naik daun hingga ke mancanegara. 11 Jenis Dan Prinsip Pengendalian Hama Dan Ki aib Pohon Naik banding Sekalipun demikian ternyata untuk budidaya tanaman apel tidak mudah karena cak semau hama yang menjadi pengganggunya. Cukuplah bikin kata sandang tanaman berikut ini akan dijelaskan tentang jenis hama tanaman memanjatkan perkara. Padahal di akhir nanti akan diurai tentang prinsip pengendaliannya. Ini dia uraian lengkapnya Jenis Dan Cara Pengendalian Hama Tanaman Apel Hama tanaman apel adalah penyakit yang membuat apel tidak dapat bersemi dengan baik. Sehingga para pekebun dapat gagal panen karenanya. Ini engkau Jenis Dan Cara Pengendalian Problem Tanaman Memanjatkan perkara yang perlu diketahui 1. Lalat Biji pelir Jenis hama tanaman memanjatkan perkara yang purwa adalah lalat buah. Ini merupakan hama nan berbentuk ulat kecil dan kesukaannya adalah meratah buah memanjatkan perkara yang masih hijau. Jika biji zakar naik banding sudah dimakan oleh lalat buah, maka akan muncul benjolan di sekitar bidang buah. Teksturnya renik dan takdirnya dibelah akan terlihat ulat yang bersemayam di dalamnya. Kronologi laler biji kemaluan tinggal cepat. Apalagi 10 periode pasca menetas berbunga larva, hewan ini mutakadim mulai meratah buah apel. Maka berbunga itu, harus dilakukan tindakan pengendalian dengan cepat. Beberapa ancang yang harus ditempuh bagi mengatasi peristiwa ini Semprotkan insektisida keberagaman Lebacyd. Pakai yang dosisnya 550 EC semata-mata. Karena ini yang kinerjanya lebih maksimal. Pengendalian lagi dapat menunggangi calo lalat jantan. Caranya dengan memancing hewan ini menggunakan methyl eugenol dengan kadar cc. Setelah itu ayo letakkan di gelanggang yang tinggi meski lalat-lalat ini berpindah ke sana. 2. Kutu Hijau Hama penyebab biji pelir apel rusak yang selanjutnya adalah kutu bau kencur. Hewan ini tidak mencacat biji pelir apel semata-mata merusak daun nan masih hijau. Caranya dengan menghisap cair patera terutama yang masih berwujud tunas. Jika daun telah diserang maka itu kutu hijau, maka akan muncul arang para di permukaannya. Ini yang akhirnya membuat daun bermetamorfosis menjadi keriting dan kersang. Biasanya gejala hama ini adalah membuat daun pohon memanjatkan perkara gugur ke tanah. Berikut bilang pengendalian yang harus dilakukan diantaranya Silakan cak bagi sanitasi pohon dengan baik. Menjaga jarak tanam antar pohon. Sekiranya wereng masih pun memperhatikan silakan semprotkan pestisida tipe coccinellidae lcyosa. Pakai yang dosis 2cc/liter doang. Karena ini nan bisa membunuh benih-sperma tungau yunior yang membantah. 3. Trips Hama tumbuhan apel nan selanjutnya dan yang paling berbahaya merupakan trips. Ini ialah hewan tinggal katai yang biasanya menuduh daun terutama yang masih berupa semi muda. Gejala seandainya patera diserang trips adalah terdapat bintik-bintik kalis yang hambur dempet di seluruh rataan patera. Akibatnya, patera meranggas dan pertumbuhannya lain normal. Kalau tidak segera dilakukan pengendalian, biasanya daun akan kersang. Lama kelamaan akan ringgis sehinga yang tersisa semata-mata tangkai dan ranting saja. Ini nan menjadi alasan mengapa trips juga membuat tanaman apel nyenyat. Pengendalian hama jenis ini dapat dilakukan dengan mandu Membuang telur-telur hama nan bersampingan di daun secara manual. Memercikkan racun serangga metomyl 2 cc agar telur lengang abstrak. Sekadar saran bagi penyemprotan ini ketika tanaman naik banding sudah lautan. Minimal ketika sudah memasuki masa bertunas, dan pembentukan biji zakar. Karena jika sesak mulai dewasa, dikhawatirkan membuat tanaman kepanasan. 4. Larva Daun Berhati-hatilah dengan tanaman apel Anda jika sudah terlihat ulat daun. Sesuai dengan namanya, sememangnya hewan ini merupakan hama yang akan subversif patera tanaman hingga habis. Seandainya daun sudah dimakan maka itu ulat daun yang muncul yaitu lubang-korok kecil di seputar permukaan daun. Lama kelamaan liang semakin lebar dan gandeng. Jika dibiarkan daun kembali bisa sangat dan tanaman menjadi kersang. Wereng ini tergolong populer sebagai penyebab masalah tanaman. Enggak semata-mata pohon naik banding, pohon biji kemaluan yang lainnya kembali sering mana tahu problematis dengan hewan yang satu ini. 5. Insek Penyedot Daun Hama tanaman naik banding yang juga perlu diwaspadai adalah serangga perokok daun. Sejatinya hewan ini bukan gado patera sahaja hanya menghisap mineral-nya tetapi. Sekalipun demikian efeknya tidak kalah berbahaya. Bahkan jika sato ini sudah menyerang, daun akan tertumbuk pandangan layu dan kering. Padahal tidak ada gejala gangguan hewan di sana. Karena sejatinya serangga pencandu daun ini hanya meninggalkan ciri benjolan di selingkung daun saja. Kalau tak dilakukan penanganan yang tepat, karuan tanaman apel juga bisa mati karena hewan ini. Selain itu, perkembangan hewannya sangat cepat, yang artinya pertumbuhan tanaman lagi akan semakin lambat. Cara pengendalian yang dapat dilakukan bakal jenis hama ulat daun dan serangga penghisap tindakan pengendaliannya selevel. Yaitu Bisa menggunakan semprotan inseksitida mataminfodis, jika tidak menemukannya dapat menunggangi monocorotofos. Varietas Dan Cara Pengendalian Masalah Tanaman Apel Selain hama nan bisa menempatkan kapasitas dan juga kronologi tanam naik banding ada kembali penyakit nan bisa menimbulkan kegagalan pengetaman puas tumbuhan apel. Berikut beberapa keberagaman dan cara pengendalian komplikasi pohon apel yang harus diketahui oleh pekebun diantaranya yakni 1. Embun Tepung atau Powdery Mildew Podosphaera leucoticha Gejala problem ini pada tumbuhan apel membidas pada buah nan masih remaja yang membuatnya berubah warna menjadi kecoklatan. Sedangkan plong buah yang tua berubah menjadi coklat remaja sebagaimana warna plong buah sawo. Beberapa kaidah pengendalian yang bisa dilakukan untuk memecahkan masalah embun abuk ini yakni Membersihkan rumput nan berbenda disekitar tanaman. Buah muda atau bunga terkontaminasi maka itu ki kesulitan ini kemudian dikumpulkan dan dibakar ataupun bisa dipendam atau dikubur Menggunakan bahan ilmu pisah adalah fungisida misalkan dinokap dengan dosis 4 gram masing-masing liter sedangkan bahan kimia bukan sebagai halnya morestan dengan dosis 1 gram per liter. Gejala ofensif terdapat lega daun nan berusia sekitar 4 sampai 6 ahad setelah pemotongan ranting dan juga daun yang tak produktif. Serangan bercak daun terjadi tidak terkonsolidasi kemudian berubah warna menjadi warna coklat pada permukaan atas yang terdapat titik hitam dimana dimulai dari daun nan tua menjejak daun nan muda. Pengendalian yang bisa dilakukan di antara tak Mengeset jarak tanam antara satu pokok kayu ke tanaman nan lainnya agar enggak terlalu rapat Pada bagian yang terserang dibuang dan pula dibakar atau dikubur sepatutnya lain menyebar ke fragmen pohon lainnya Penyemprotan fungisida seperti Agrisan 60 WP dengan dosis 2 gram per liter air 3. Jamur Upas Cortisium salmonicolor Berk et Br Gejala yang ditimbulkan oleh rabuk upas ini meliputi Empat janjang yaitu Pertama jamur membentuk miselium tipis nan menyerupai sarang laba-laba tentunya hal ini boleh menembus jaringan puas tanaman Kedua Proses bongkol dimana miselium cendawan menciptakan menjadikan hifa yang berangkat menginfeksi penggalan alat peraba tanaman Ketiga Corticium dimana jamur mulai mewujudkan kerak yang n kepunyaan corak merah jambu yang perlahan berubah corak menjadi lebih akil balig ataupun kian tulen. Kerumahtanggaan tahap ini infeksi sudah terjadi sangat parah dan pada indra peraba tiang terdapat kerak yang membusuk Keempat tahap necator dimana jamur takhlik bulatan-bulatan dandan merah tua di mana adegan marginal membusuk. Cara pengendalian nan bisa dilakukan adalah Membersihkan kerimbunan titel dan jukut di kewedanan penanaman Mengurangi kelembaban kebun dengan meredam emosi bagian tanaman yang sakit dan juga jejas alias mengasihkan obat pada babak pokok kayu nan ketaton Menyemprotkan kapur cangkat yang mutakadim tambahkan fungisida 4. Kanker Botryosphaeria Sp. Penyakit selanjutnya adalah kanker dimana terjadi pada gudang pengetaman. Gejala dapat dilihat berpokok buah yang memiliki bercak coklat kecil yang memburuk dan berkesinambungan meluas hingga buah melembung, busuk dan berair. Hal ini mengakibatkan warna alat peraba buah berubah menjadi pucat. Cara pengendalian nan bisa dilakukan merupakan Memetik buah lain terlalu masak bagi mengurangi Penyakit ini menyerang biji kemaluan. merenjiskan tanaman fit dengan menggunakan fungisida seperti Difoliatan 4F. 5. Busuk Buah Gloeosporium Sp. Gejala yang disebabkan maka itu penyakit tembelang buah produktif di kebun atau juga di gudang panen dimulai dengan merek logo adanya bercak-bercak kecil dengan berwarna kehijau-hijauan. Kemudian membusuk takhlik melingkar, bila penyakit ini dibiarkan maka berubah menjadi warna coklat yang memiliki noktah-bintik hitam. Pengendalian yang bisa dilakukan antara enggak Gelambir biji zakar nan tidak bersisa matang. Menanam variasi tahan terhadap ki kesulitan Memercikkan fungisida pada tumbuhan ataupun pada buah yang telah dipetik. 6. Busuk Akar Armilliaria Melea Gejala yang ditimbulkan akibat penyakit ini merupakan layu daun bila berlanjut maka patera akan gugur kemudian kulit akar secara perlahan akan mereput. Cara pengendalian yang bisa dilakukan adalah Tumbuhan naik banding yang terserang dicabut sebatas akar-akarnya dan lulusan lubangnya tidak ditanam cak bagi mengurangi penularan ke tumbuhan baru Menyemprotkan fungisida sreg tanaman naik banding dan apabila lega biji pelir yang sudah dipanen maka dicelupkan penting terhadap fungisida begitu juga benomyl 0,5 gram per liter airnya Demikianlah yang bisa kami sampaikan adapun 11 Tipe Dan Cara Pengendalian Hama Dan Ki aib Tanaman Apel. Seharusnya mendukung.
hama dan penyakit pada tanaman apel dan cara mengatasinya